Inilah 10 Fakta Mengenai I-Doser 'Narkoba Versi Digital' Yang Sedang Heboh


Beberapa hari belakangan ini publik dikejutkan dengan sejumlah pemberitaan mengenai aplikasi yang disebut narkoba digital masa kini atau i-doser. Bagi Anda yang mungkin belum mengetahuinya, I-Doser ialah sebuah aplikasi yang terdapat di gadget yang dikabarkan mampu membuat pendengarnya merasa ketagihan dan memberi sensasi yang konon sama persis seperti menggunakan narkoba. Wah!

Jika benar, tentu aplikasi yang disebut narkoba digital ini berbahaya bila sampai digunakan atau diketahui oleh anak kita atau generasi muda Indonesia. Dilansir oleh berbagai sumber, ternyata memang terdapat hasil penelitian neurogikal yang berkaitan dengan efek I-Doser, salah satunya terapi gelombang otak yang dapat memberikan efek mental dan pengaruhnya pada suasana hati.

Nah, beberapa program untuk memanipulasi gelombang otak ini seperti yang dikatakan oleh sejumlah pihak seperti I-Doser yang mengkhususkan diri pada efek obat-obatan tertentu, mulai dari ganja sampai ekstasi, kokain dan lainnya.

Untuk mengenali lebih jauh soal aplikasi yang disebut narkoba digital ini, ada baiknya Anda mengetahui 10 fakta I-Doser yang berhasil dirangkum oleh tabloidnova.com dari berbagai sumber:

Stimulasi otak melalui suara
Di situs resminya, dijelaskan kalau I-Doser ini adalah aplikasi smartphone (bisa juga dibuka menggunakan PC) yang bisa memberikan stimulasi otak melalui gelombang suara dan bisa memengaruhi suasana hati alias mood.

Gelombang suara Binaural
I-Doser mengatakan kalau mereka bisa memproduksi gelombak suara Binaural. Binaural audio ini diciptakan pada tahun 1839 oleh Heinrich Wilhelm Dove, professor Konigsberg University, Jerman. Ia meneliti stimulasi otak menggunakan suara. Binaural audio atau binaural deat ini awalnya digunakan untuk meditasi, merangsang otak untuk lebih rileks dengan bantuan suara.

Aplikasi berbayar
I-Doser yang bisa di-download di Google Play dan App Store ini tidak gratis. pengembang aplikasi tersebut membanderolnya dengan harga yang berbeda di kedua platform ini. Untuk App Store, I-Doser dibanderol seharga Rp 59.000, sementara untuk di Google Play Store dibanderol seharga Rp 71.000. Di dalam aplikasi ini mereka akan menawarkan berbagai paket binaural beats dengan harga beragam pula.

Dianggap 'narkoba digital'
Karena bisa mempengaruhi mood dan pada beberapa orang bisa menimbulkan efek kecanduan, I-Doser dianggap 'narkoba digital.' Juga, karena binaural beats ini memberikan stimulasi pada area otak yang mirip dengan ketika seseorang mengonsumsi narkoba.

Digunakan oknum berbahaya
Situs berita Amerika newson6.com mengatakan, salah satu ketakutan orang dewasa akan aplikasi ini adalah, digunakan oleh oknum berbahaya. Karena para pengguna I-Doser ini ada yang aktif di forum online, para orangtua takut pengedar narkoba menyusup di forum ini untuk menawarkan narkoba yang sesungguhnya pada remaja.

Apakah berbahaya?
Situs nobullying.com menyatakan kalau penggunaan binaural beats bisa berbahaya pada orang-orang tertentu. Misalnya, seseorang dengan penyakit mental, penyakit jantung, dan epilepsi. Memberikan stimulasi yang tidak tepat pada otak seseorang dengan ketiga penyakit ini bisa membahayakan kesehatan.

Bermanfaat jika dengan panduan dokter
Sementara itu, situs Psychology Today menyatakan kalau binaural beats memang bermanfaat untuk digunakan pada pasien dengan penyakit tertentu. Seperti anxiety dan ADHD (Attention deficit hyperactivity disorder). Tentunya dengan panduan dari dokter atau psikiater.

Hanya sugesti
Dari keterangan Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, Rudiantara, kepada Kompas.com, ia meyakini anggapan yang menyamakan aplikasi I-Doser hanya masalah sugesti. Ia yakin pengguna aplikasi tidak akan terganggu pikirannnya bila menganggap aplikasi tersebut biasa-biasa aja. "Karena itu kita juga harus konsultasi dengan psikolog. Karena ini menyangkut sugesti. Yang tahu itu mereka," katanya.

Efek yang sama seperti musik
Pendapat Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara ini hampir senada dengan ahli otak manusia, Daniel Levitin, dari McGill University, Montreal. Ia meneliti efek musik pada otak manusa selama bertahun-tahun. Ia mengatakan kalau pada dasarnya musik memang akan mempengaruhi mood manusia. Dan sebenarnya, dalam keadaan sehat, kita tidak memerlukan jenis binaural beats untuk memulihkan mood yang sedang jelek.

Dikutip dari washingtonpost.com, lebih lanjut, Daniel Levitin mengatakan kalau mendengarkan musik bisa memberikan efek yang sama pada otak seperti ketika seseorang melihat anak anjing yang lucu atau menikmati matahari terbenam. Intinya, ahl otak manusia ini mengatakan kalau ada banyak hal gratis di dunia ini yang bisa membantu kita bikin good mood dan otak kita tenang.

Bukan aplikasi baru
Walaupun di Indonesia baru ramai sekarang, I-Doser ini bukan aplikasi baru. Malah, pada tahun 2010, I-Doser viral di Amerika karena kekhawatiran yang sama seperti di Indonesia sekarang. Kekhawatiran ini banyak dilaporkan guru dan orangtua siswa. Bahkan di tahun 2010 ini, I-Doser atau disebut dengan kegiatan I-dosing ini udah banyak dilakukan remaja bertahun-tahun sebelumnya.