Inilah Pengantin Terkecil di Dunia, Tingginya Tak Sampai 100 Cm


Bisa bertemu pria idaman dan menikah dengannya sebelumnya bagi Amanda Fyfe hanyalah sebuah mimpi. Dengan tubuhnya yang mungil-tinggi badan Amanda tak sampai 100 cm-dia sama sekali tidak menyangka bisa mewujudkan impiannya tersebut.

Amanda sejak lahir sudah didiagnosa menderita Osteogenesis Imperfecta atau penyakit tulang rapuh. Akibat penyakitnya itu pertumbuhannya berhenti hingga tinggi badannya hanya 2 kaki 8 inchi atau sekitar 82 cm. Dokter pun sempat memperingatkan kedua orangtuanya bahwa hidupnya tidak akan bertahan lama karena penyakitnya tersebut.

Namun Amanda berhasil bertahan hingga kini usianya 31 tahun. Dengan penyakit yang dimilikinya itu, dia pun sama sekali tidak pernah menyangka impiannya untuk menikah dan punya anak berhasil menjadi kenyataan.

Mimpi Amanda untuk naik pelaminan bersama pria pujaan hatinya itu terwujud pada Juli 2015 lalu. Dia dinikahi oleh Steven, pria yang dikenalnya sejak 2007, namun baru resmi menjadi kekasihnya pada 2009.

Bersama Steven, Amanda melalui lika-liku menjalani kehidupan percintaan yang menurutnya tidak jauh berbeda dari pasangan pada umumnya. Yang membedakan hanyalah perbedaan tinggi badan mereka. Steven tinggi badannya 185 cm, terpaut 103 cm dari Amanda.

Setelah berpacaran cukup lama, Steven melamar Amanda pada 2012. Dia meminta wanita mungil itu untuk menjadi istrinya setelah melakukan makan malam romantis di rumah. “Awalnya aku pikir dia bercanda, tapi kemudian aku langsung menjawab ‘ya’. Dia tidak membelikan aku cincin karena karena tahu apapun yang dibelinya tidak akan muat untukku,” ujarnya.

Cincin pertunangan pada akhirnya dipilih Amanda sendiri di toko perhiasan. Setelah menetapkan tanggal pernikahan, Amanda juga mencari gaun pengantin yang sesuai untuknya. Dalam pencarian tersebut, dia mencoba banyak gaun, namun tak satupun yang cocok, malah membuatnya tampak konyol karena sebagian besar kebesaran.

“Tapi kemudian aku berhasil memilih satu gaun, gaun strapless berwarna ivory. Aku jatuh cinta pada gaun itu. Gaunnya besar tapi pelayan di toko mengatakan bisa mengecilkannya dan memotong bagian ekornya,” cerita Amanda.

Gaun berwarna ivory itu pun dipakai Amanda di hari pernikahannya dengan Steven. Kebahagiaannya pada hari itu sedikit kurang lengkap karena dia tidak didampingi ibunda tercintanya. Sang ibu meninggal akibat penyakit ginjal pada 2009.

Kesedihan ketidakhadiran ibunda ini berhasil diobati karena adanya seorang mahkluk kecil yang tak lain putranya sendiri. Amanda sama sekali tidak menyangka bisa memiliki momongan dari rahimnya sendiri karena dulu dokter saja memprediksi usianya tidak panjang.

“Saat tahu hamil, aku sangat shock. Aku selalu diberitahu tidak mungkin memiliki anak, jadi saat hasil tes kehamilan menyatakan positif, aku banjir air mata,” tuturnya.

Kini Amanda hidup bahagia bersama Steven dan putra pertama mereka, Aidan. Mengenang hari pernikahannya pada Juli 2015 lalu yang seperti mimpi menjadi kenyataannya, dia ingat bagaimana segala sesuatunya berjalan lancar. Pernikahannya sama seperti pernikahan wanita pada umumnya yang memiliki tubuh normal. Dia bisa mendapatkan dansa pertama dengan digendong Steven dan menikah dengan memakai gaun pengantin idamannya.

“Sekarang semua mimpiku sudah menjadi kenyataan. Aku bertemu pria sempurna. Dia tidak pernah peduli dengan tinggi badanku dan mencintaiku apa adanya,” pungkas Amanda bahagia.